JOURNAL

Kamis, 14 April 2016

Road to ISoC 2016 : Sharenik & Presenthink "Building Sociopreneur Ecosystem"


Rabu tgl. 06/4/2016 lalu saya menghadiri acara talkshow & sharing session yang diselenggarakan oleh BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah), DKPP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan)  Tangerang Selatan bekerjasama dengan Surya University dalam rangka  Road to ISoC 2016 yang tahun ini mengangkat tema “Waste Around Us”.

Acara berlangsung di Restaurant Beranda 52 Jl. Dr. Satrio CBD Blok A5 No.2 Sektor VII 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan.
 
Acara diskusi bertemakan Building Sociopreneur Ecosystem ini dihadiri oleh Pemerintah Daerah Tangerang Selatan yang diwakili oleh Bapak Hari Sungkari selaku Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif Tangerang Selatan dan para pebisnis muda yang sangat peduli lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat, khususnya di wilayah Tangerang Selatan seperti dari Kinara Indonesia dan Kitabisa.com 

Kitabisa.com yang diwakili oleh Iqbal merupakan salah satu startup yang bergerak dalam social entrepreneur yang banyak berkembang saat ini. Website Kitabisa.com berdonasi dan menggalang dana secara online untuk berbagai kebutuhan. Mulai dari program yayasan/NGO, inisiatif komunitas, gagasan mahasiswa, bantuan bencana alam, hingga patungan untuk pribadi yang membutuhkan.


 

Penampilan @Bedamusik sebelum acara dimulai

Ide untuk diskusi berawal dari banyaknya permasalahan yang timbul di masyarakat maupun lingkungan mulai dari pengangguran hingga sampah yang menumpuk. Oleh sebab itu perlu dibuatkan sebuah solusi jangka panjang yang dapat memecahkan permasalahan yang ada di Kota Tangerang Selatan.

Maka dari itu BAPPEDA, DKPP dan Surya University berkolaborasi mengajak masyarakat untuk ikut turun tangan memecahkan masalah tersebut dengan cara membangun ecosystem social entrepreneur di kota Tangsel.
 

Social entrepreneur adalah sebuah jenis usaha yang tidak hanya memberikan profit, melainkan juga dampak bagi lingkungan sekitar baik masyarakat hingga alam. Diharapkan dengan banyaknya pelaku usaha dibidang sosial ini maka masalah yang bisa dipecahkan mulai dari pengangguran, sampah dan isu sosial lainnya.
 

Mochamad Taher (Kepala Dinas DKPP Tangsel)


Siapa mau?

Tindakan nyata untuk ini telah dilakukan tahun lalu dengan membuat lomba yang disebut Indonesia Sociopreneur Challenge atau yang disebut dengan ISoC. Program ini diharapkan dapat memancing masyarakat untuk turut serta memberikan solusi bagi permasalahan sosial tidak hanya di kota Tangsel, tapi di seluruh Indonesia.

Menurut Dondi Hananto untuk menilai bisnis ini layak mendapatkan dana investasi dapat dilihat dari dua sisi yaitu pertama bisnis modelnya, dan kedua dilihat dari kemampuan founder untuk mengeksekusi usahanya dan untuk bisnis startup hal ini sangat penting. Untuk bisnis yang baru sangat tergantung kepada kemampuan founder-nya untuk mengelola usahanya, menyusun strategi dan memiliki kemampuan untuk meningkatkan usahanya.

Sedangkan BEKRAF (Badan Kreatif Republik Indonesia) berperan sebagai pembuat kebijakan dan pendanaan untuk mendukung  pertumbuhan startup dalam ekosistem social entrepreneur yang berkembang saat ini.
 

Tiga startup social entrepreneur ikut berbagi ilmu & pengalaman

Dalam kesempatan ini hadir tiga Startup Social Entrepreneur yang pernah mengikuti ISoC 2015. Semuanya adalah para pengusaha muda yang usahanya bergerak dibidang Social Entrepreneur yaitu Indorelawan.org, Buku Kami dan Corpies. Ide-ide yang mereka sampaikan sangat luar biasa. Usaha yang mereka jalankan tidak semata-mata hanya memberikan profit bagi perusahaan, tetapi memberikan dampak positif kepada lingkungan, dan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
 
Joni Corpies

Presentasi Corpies yang diwakili oleh Jony Agung cukup membuat saya terkesima. Pengusaha muda sarat prestasi dibidang usahanya ini adalah pendiri Corpies. Usahanya bergerak dibidang industri kreatif dengan produk yang dihasilkan berupa handmade custome painting product & fashion. Produk yang dilukis di antaranya totebag, sepatu, gantungan kunci, buku, hiasan dinding, kaca mata, kaos, headphone, hingga kaleng. 

Yang membuat saya takjub adalah bagaimana Corpies menyulap barang bekas menjadi benda berguna yang cantik, menarik dan punya nilai jual. Coba cek akun Instagramnya @Jonicorpies, Anda akan tahu kenapa saya dibuat kagum.









Produk Corpies *sumber foto dari Facebook Corpies*
Corpies at Inacraft 2015
*sumber foto dari Facebook Corpies*

Benar ucapan Dessy Aliandrina (Head of Technopreneuship Surya University) sebelumnya: “Tidak perlu susah-susah mencari ide, cukup dari ide sederhana untuk membuat suatu produk, tapi impact-nya luar biasa, itu yang penting.” Dalam hati saya, “Corpies contohnya!”

Masyarakat umum mesti mengetahui bahwa untuk membangun sebuah Ekosistem Social Entrepreneur diperlukan peran serta seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pemerintah daerah, pelaku bisnis, praktisi, investor hingga masyarakat umum.

Harapannya, semoga startup-startup baru makin berkembang, tidak hanya berorientasi pada profit tetapi juga kepada kepentingan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Sebab, bisnis yang baik adalah bisnis yang tidak hanya menguntungkan bagi para pengusaha saja tetapi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan di mana bisnis itu berada.
 

Seluruh peserta yang hadir di acara diskusi

Jika ingin berkontribusi untuk negeri, ayo dukung penyelenggaraan ISoC 2016 dengan menjadi bagian didalamnya. Dukung dengan  menciptakan Ekosistem Social Entrepreneur yang sehat di Indonesia sehingga persoalan yang dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat dapat di atasi dengan baik.

Informasi lengkap dapat dilihat di www.sociopreneurchallenge.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar