JOURNAL

Selasa, 20 Desember 2016

Tanoto Foundation Bantu Pengelolaan Sampah Perumahan di Jambi


Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Pepatah ini dapat menggambarkan keberadaan sampah yang kian menggunung dan tak lagi dapat disepelekan keberadaannya. Sampah kerap menjadi problem besar jika tidak ditangani dengan baik. 

Salah seorang pengusaha Indonesia, Sukanto Tanoto, menyadarinya dan berinisiatif untuk mengajari cara pengelolaan sampah yang baik dan benar melalui yayasan Tanoto Foundation yang didirikannya.
Salah satu sumber sampah adalah kawasan perumahan. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup, sampah rumah tangga justru merupakan sumber sampah terbesar. Bayangkan saja, dari jumlah timbunan sampah nasional per hari yang ditaksir mencapai 200 ribu ton, sebanyak 48 persen di antaranya adalah sampah rumah tangga.

Oleh karena itu, pengelolaan sampah di kawasan perumahan sangat vital. Namun yang terjadi biasanya hanya penimbunan sampah belaka di Tempat Pembuang Akhir (TPA). Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup pada 2008, sebanyak 69 persen dari total sampah rumah tangga ditampung ke TPA. Sisanya hanya tujuh persen yang didaur ulang, sedangkan yang lain dikubur, dibakar, atau malah tidak dikelola dengan baik.

Kalau terus seperti itu, sampah jelas akan terus menjadi problem. Untuk itu, warga di perumahan perlu diajari cara-cara untuk mengelola sampah dengan baik. Bahkan, mereka wajib dilatih untuk memanfaatkan sampah menjadi sumber penghasilan baru.

Seperti kegiatan Tanoto Foundation yang dilakukan di kawasan perumahan karyawan PT Inti Indosawit Subur (IIS) yang berada di Tungkal Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi.  Bekerjasama sama dengan IIS, Tanoto Foundation memberikan pelatihan kepada warga untuk membuat bank sampah.

Sebagai pelatih, Tanoto Foundation menghadirkan pelaku bank sampah yang telah berhasil dari Jakarta Selatan, Niniek Nuryanto. Ia merupakan Ketua Pengurus Bank Sampah RW 03 Rawajati, Pancoran yang menjadi percontohan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Bentuk kegiatan dari yayasan yang didukung oleh keluarga Sukanto Tanoto ini adalah dengan mengajari warga cara memilah sampah antara sampah organik dan sampah anorganik. Tak hanya mengajarkan teorinya, warga juga diminta praktik dan menjadikannya kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai tindak lanjut, warga perumahan karyawan IIS membentuk Bank Sampah Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Perum PT IIS Base Camp I yang dikelola oleh Bapak Suraji. Bank sampah itu akhirnya menjadi penampungan sejumlah sampah yang bernilai ekonomis seperti botol plastik, styrofoam, kardus,  dan kertas.

Setelah ditampung, sampah yang sudah terkumpul kemudian dijual ke pengepul yang sudah menjadi mitra KUBE Perum PT IIS. Kerja sama ini sudah berlangsung sejak awal 2015 dengan omzet sekitar Rp 2 juta per bulan.

Meski begitu, bukan nilai hasil penjualan sampah yang menjadi indikator keberhasilan. Kemampuan warga mengubah kebiasaan mengelola sampah merupakan tujuan utama dari kegiatan Tanoto Foundation tersebut. 

Sementara itu, bagi IIS, hal ini juga merupakan perwujudan semangat perusahaan peduli lingkungan yang ingin mereka sebarkan. Hal ini sudah digariskan oleh Sukanto Tanoto dalam semua perusahaannya termasuk IIS.

“Selama ini proses pengelolaan sampah dilakukan dengan sistem angkut langsung ke TPA. Hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan sampah di TPA. Setelah ada bank sampah, terjadi pemilahan dan bisa menjadi alternatif pengembangan ekonomi mikro bagi karyawan di wilayah PT IIS,” kata Senior Manager PT IIS Tungkal Ulu Azwan Sutondo.

1 komentar:

  1. wihh..mantaff dehh mba...acara tanoto foundation nya
    sukses yahh mba...

    BalasHapus