JOURNAL

Senin, 08 Februari 2016

Ketika Saya Dilarang Memotret Gerbang



Hari Sabtu (6/2), jalan-jalan seputar BSD sampai Gading Serpong bareng anak dan suami. Lewat "jalan belakang" yang tak ramai. Jalan belakang yang dimaksud adalah jalan dalam kawasan, bukan jalan umum yang dilewati angkutan umum. Jalan belakang ini melewati Green Office BSD, AEON Mall, ICE, dan beberapa kawasan komersil yang sedang dikembangkan oleh Sinar Mas. 

Jika lewat jalan belakang, jalan menuju Gading Serpong jadi lebih dekat dan bebas macet. Yang saya suka, jalan belakang ini melewati banyak kawasan hunian elit yang memiliki beragam keindahan pada aristektur bangunan maupun taman-tamannya. Nama besar Sinar Mas, Paramount, dan Summarecon memang tak bisa dipandang sebelah mata dalam menyuguhkan sebuah desain. 

Kami hanya keliling di jantung kota Gading Serpong, lihat-lihat lampion yang bertebaran di sekitar bundaran depan Mall SMS hingga Hotel Atria. Jajan-jajan hingga kulineran di kedai makan Gepuk Kenkei. Lanjut cuci mata di mall, sampai menikmati es krim kesukaan. Setelah itu rencananya mau lanjut mencicipi aneka indomie kekinian di Warunk Upnormal dari sore sampai malam. Namun ternyata kami semua masih kenyang, karena sedari siang mulut seolah tak berhenti mengunyah. Akhirnya kami pilih pulang saja, kembali ke BSD melewati jalan yang sama. 


Gading Serpong dan BSD itu boleh dibilang bersebelahan. Mondar-mandir dari dan ke dua tempat itu lewat jalan belakang tak pernah bikin bosan. Tata kota dua kota mandiri apik, makanya banyak tempat kece yang bisa dikagumi dan dipandangi. Bahkan sekedar gerbang saja bikin saya kepincut untuk mengabadikannya lewat lensa kamera.

Kami melewati gerbang megah yang menghubungkan Paramount dan BSD. Gerbang ini tak hanya besar, tapi juga panjang. Melintang di atas dua lajur jalan hingga keluar lajur, baik di kiri dan kanan jalan. Ada taman dan danau buatan di dekat gerbang itu. Tertata apik dan terlihat begitu asri. Anak saya tertarik, dia minta turun dan melihat lebih dekat. Kami berhenti, meminggirkan mobil. Saya menenteng kamera untuk memotret. Kebetulan Humayra sedang bagus mood-nya. Biasanya dia tak suka dipotret. Kali ini malah dia yang minta. Ia pun bergaya sambil tak henti memasang senyum dan tawa. Ceria!


Setelah beberapa kali shot, tiba-tiba dua pria menghampiri. Satu berbaju batik, satunya lagi berseragam biru dongker khas baju security. Ada apa gerangan?

"Ibu, maaf boleh tanya. Ibu dari mana?" tanya pria berbaju batik dengan ramah.

"Saya dari BSD pak, abis jalan-jalan di Gading Serpong," jawab saya.

"Begini bu, di sini tidak boleh memotret," terang pria itu singkat.

"Oh begitu ya pak. Kok tidak ada tulisannya pak?" tanya saya. 

"Iya bu, memang tidak ada. Tapi di sini dilarang memotret. Maaf ya bu kalau tidak berkenan," ucap pria itu sopan. Seperti nggak enak mengganggu keasikan saya dan anak.

"Tak apa pak. Baiklah saya sudahi memotretnya. Ada larangan apa lagi, pak?" lanjut saya bertanya. Barangkali saja ada larangan "Foto yang sudah didapat dilarang disebar luaskan". he he. Ternyata tidak ada larangan itu.

"Tidak ada bu," pungkasnya. Lalu ia permisi, pergi ke arah yang saya tidak perhatikan akan ke mana.

Saya dan anak masuk mobil. Suami yang sedari tadi hanya menunggu di dalam terlihat nyengir, lalu memeletkan lidah. "Nggak boleh foto-foto yaaa..." Saya dan anak ngikik-ngikik. "Biarin!" saya balas memeletkan lidah padanya.

Kami meninggalkan gerbang megah itu. Gerbang yang tidak boleh dipotret.












9 komentar:

  1. Sama seperti di Rumah Sakit, stasiun bahan bakar, kantor polisi, Supermarket.
    Tidak ada larangan tertulis, tapi yang punya melarang pengunjung memotret :)
    kalo aku ya nurut2 aja, milih motret di tempat lain yang bebas motret.
    tapi sesekali melanggar boleh lah motret diam2 ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tempat-tempat yang Mas Yo sebutkan itu aku sudah paham ada aturan tidak tertulis dilarang memotret. Selama ini aku sudah jaga itu. Kalau gerbang ini kukira tidak apa karena letaknya di jalan umum yang tiap saat dilintasi kendaraan, di luar komplek perumahan, dan bukan gerbang masuk atau keluar kawasan hunian. Aku anggap sama seperti ketika melintasi gerbang selamat datang yang biasa ada di perbatasan-perbatasan suatu wilayah.

      Sekarang sudah tahu ternyata tidak boleh. Lain kali nggak lagi, meskipun diam2 :D

      Hapus
  2. Apa alasan nya ngak boleh di potret ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Petugasnya tidak memberi alasan, hanya mengatakan tidak boleh difoto :D

      Hapus
  3. Aku punya pengalaman yang sama, mba. Ngga boleh motret di halaman gendung perkantoran. Padahal waktu itu kantorku termasuk tenant di gedung situ. Udah diterangin, tetep aja galakan mas Security. Ya sudah lah, 'kan dia juga hanya melaksankan perintah, jadi ngalah aja deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kadang-kadang larangan tanpa alasan bikin heran ya mbak. Apalagi sekedar halaman gedung kantor :D
      Tapi kalau memang sudah diatur demikian, memang mesti ngalah :)

      Hapus
  4. Aish bapak itu mengganggu keasikan cekrek-cekrek euy
    Tapi ya dia juga mungkin hanya menjalankan tugas ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terganggu banget haha. Apalagi anakku masih pingin pose :D
      Ya wis diikuti saja, yang penting udah dapat fotonya wkwkwk

      Hapus
  5. Xixixi...mengganggu kesenangan berfoto-foto aja ya Mbak.
    Waduw, kenapa ya sampai dilarang-larang foto di gerbang doank, padahal kan ngga masuk ya Mbak..

    BalasHapus