JOURNAL

Senin, 15 Februari 2016

Keenakan Minum Kopi Sidikalang

Dua cangkir Kopi Sidikalang di pagi hari

Akhir bulan Januari lalu Tyo traveling ke Medan. Saat kembali, ia membawa oleh-oleh kopi dalam jumlah banyak. Saya dan suami kebagian satu kantong besar. Isinya banyak! Saya sebut banyak karena di rumah kami tidak pernah punya stock kopi sampai 1 kilogram apalagi lebih. Terus terang, saya dan suami bukanlah peminum kopi. Namun bukan juga penolak kopi. Keseharian kami tanpa kopi. Saya dan suami hanya minum kopi pada waktu-waktu tertentu. Misalnya saat menerima tamu, atau saat bertamu. Saat menyuguhkan, atau saat disuguhi. 


Kopi Medan dari Tyo saya seduh pertama kali saat teman-teman kerja suami main ke rumah. Saya bikin dalam satu teko besar untuk diminum oleh 5 orang. Karena bikinnya banyak, saya pun ikut minum.

Kemudian....

Setelah menghabiskan satu cangkir, saya mendapati keadaan perut saya baik-baik saja. Tidak kembung, tidak mulas, tidak pula mual. Ini aneh. Ini tidak biasa. Tapi, lihat apa yang terjadi kemudian. Efeknya ternyata saya jadi tidak bisa tidur sampai jam 1 pagi pada keesokan hari :))

Bukannya kapok, saya malah ketagihan. Esoknya bikin lagi. Diminum sendiri pada pagi hari. Lalu, kembali tak bisa tidur sampai dini hari. 

Kopi terakhir?

Esok dan esoknya lagi, sampai kemarin Minggu pagi (14/2), saya masih minum kopi yang sama. Saya lihat kopi dalam wadah penyimpan seperti tak berkurang. Ah, ini pasti efek kurang tidur. Mata jadi tidak bisa melihat dengan jelas. Membaca kata 'quote' jadi 'kue'. Mau keramas, yang dituangkan ke tangan ternyata isi botol facial wash. Mau gosok gigi, yang dioleskan ke sikat gigi malah samphoo. Ini parah buat saya. Terlalu lama terjaga membuat waktu tidur jadi berkurang. Saat bangun kepala mengalami pusing. Badan sedikit lemas. Dan yang pasti jadi ngantuk berat di pagi hari.

Sepertinya saya tidak cocok minum kopi. Sudahlah, kopi ini baiknya saya jadikan bahan kue saja. Mungkin jadi bolu kopi, roti bakar kopi, atau jadi brownies rasa kopi.

Atau, biarkan saja tetap jadi bubuk kopi. Buat disuguhkan ke teman-teman suami yang kerap datang ke rumah. Iya, sepertinya begitu saja.

Bagaimana cara menghabiskannya? :D

4 komentar:

  1. coba buat kue nastar rasa kopi...
    atau boleh deh dikirim, bantu habiskan :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha....boleh juga tuh nastar rasa kopi. Nanti aku kirim dalam bentuk nastar aja deh ya :))))

      Hapus
  2. Hmmm, kelihatannya kopi ini cocok dikonsumsi oleh deadliner seperti akuh, mba Rien hihihi

    BalasHapus
  3. Wekekekek... Biaa begitu ya efek minum kopi padamu. Kalo aku ngga ngaruh sama jam tidur. Justru efeknya jadi mules. Kebalikannya ya kita

    BalasHapus