JOURNAL

Selasa, 22 Desember 2015

Cincin Pernikahan, Berkesan Untuk Selamanya

Cincin Pernikahan
Cincin Pernikahan *photo by Zalora*

Kemarin sore, sepupu perempuanku mengirim kabar tentang rencana pernikahannya yang akan digelar pada bulan Januari tahun depan (2016). Sebetulnya aku tak terlalu kaget dengan kabar itu, karena sepanjang tahun 2015 ini dia sudah berulang kali mengabarkan rencana tersebut.


Yang aku kaget tuh sebetulnya adalah waktunya yang selalu berubah-ubah. Awal tahun dia pernah bilang pernikahannya akan dilangsungkan bulan April. Eh, ternyata diundur jadi bulan Oktober. Saat mendekati September, dia bilang ga jadi Oktober, tapi diundur lagi jadi Januari tahun 2016. Nah, yang ketiga itu aku udah mulai biasa-biasa saja mendengarnya. Pikirku paling diundur lagi. Tapi ternyata enggak.  Kemarin dia menegaskan lagi bahwa Januari 2016 pasti jadi. Sudah fix. Ga bakal mundur lagi. Ok!

“Aku ingin acara pernikahanku jadi yang paaaaaling berkesan,” ucap sepupuku.

“Berkesan sesaat atau berkesan selamanya?”
tanyaku.

“Maksud lo?”
tanyanya lagi dengan nada suara agak berubah.

“Mau berkesan saat resepsi saja atau setelah resepsi usai?”
aku kembali menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan.

“Ya dua-duanya lah…”
jawabnya.

Aku sengaja mempertanyakan hal tersebut kepadanya karena aku bosan mendengar dia membahas tentang acara resepsi terus. Seolah, resepsi adalah segalanya. Seolah, tak ada yang lebih indah dari sebuah pernikahan selain resepsi yang megah penuh rangkaian acara yang njelimet dan berbiaya mahal. Aku justru hampir belum pernah mendengar dia bercerita tentang rencana-rencananya setelah menikah nanti. Misal akan tinggal di mana, punya anak berapa, akan punya pekerjaan seperti apa, dll. Meskipun bosan, tapi aku tetap mendengarkan ceritanya. Nggak enak juga merusak suasana hatinya hehe.

Jika tak ada aral melintang, semua keluarga besar akan berkumpul di Jakarta untuk menghadiri acara pernikahan itu. Aku dengar, resepsi akan digelar secara tradisional namun dikemas dengan unsur modern. Poin modern akan melekat pada busana dan tata rias pengantin, serta semua anggota keluarga. Songket Palembang akan mendominasi, tapi dengan sentuhan modern. Kemarin aku diperlihatkan gambar rancangannya, dan sedikit terbelalak dengan desain busana untuk keluarga. Lalu bertanya-tanya: apa bakal selesai dijahit hanya dalam waktu 4 minggu? :D

Sepupuku tampak santai sekali. Padahal waktu tinggal sebulan. Tapi setelah aku tahu bahwa dia menyerahkan semua urusan resepsi kepada wedding planner, aku bisa mengerti. Mungkin dia tidak mau repot. Semua urusan katering, sewa lokasi, souvenir, dokumentasi, dekorasi, tata rias, dan busana diurus oleh orang lain. Sebagai anak bungsu, grand wedding ini nampaknya memang akan menguras banyak hal, baik dana maupun tenaga. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala. Moga saja resepsinya berkesan, dan setelah resepsi usai, moga jauh lebih berkesan lagi. Karena yang penting adalah setelah resepsi usai, yakni kehidupan berumah tangga yang harus diarungi sampai tutup usia. Bukan begitu? 

 “Aku boleh lihat model cincin kawinmu nggak?” tanyaku.

“Kami belum mikirin model cincinnya lho Rien!” jawabnya.

“Ha?!” aku kaget. “Mau beli jadi atau mesen?” tanyaku lagi.

“Kalo pesen model masih cukup waktu nggak ya?” malah nanya balik.

“Kalo ragu soal waktu ya sudah beli jadi saja. Kan sekarang banyak tuh koleksi cincin pernikahan yang bisa langsung dipakai. Tinggal pilih-pilih model kesukaan saja.”

“Baiklah. Sepertinya beli yang sudah ada saja.”

Obrolan kemarin terhenti sampai di situ. Entah hari ini akan ada obrolan tentang apa lagi. Apapun itu, moga saja acara pernikahan adik sepupuku itu nanti lancar jaya tanpa kendala. Jangan sampai ditunda-tunda lagi hehe.


Cincin Mutiara Lombok *Photo Katerina*









  

2 komentar:

  1. Cincin mutiara yg di foto itu cantik sekaleeee Mba Rien

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mutiaranya yang bikin cantik ya mbak Nik.
      Makasih ya :)

      Hapus